Sikap dan Pandangan Filosofis Muthahari terhadap Sains modern*

15 07 2008


Oleh MEHDI GOLSHANI**

Prolog
Masuknya sains modern ke dalam dunia Islam pada permulaan abad ke-19 diiringi bermacam-macam reaksi. Namun demikian, kandungan filosofisnyalah, dan bukan oleh sains modern itu sendiri, yang mempengaruhi pandangan-pandangan kaum intelektual Muslim. Karena itu, kita bisa mendengar sikap yang berbeda-beda di seantero dunia Islam. Di sini kita membagi reaksi kaum intelektual tersebut ke dalam empat aliran besar:

(1) Kelompok minoritas ulama yang enggan bersentuhan dengan sains modern, karena menganggap sains modern bertentangan dengan ajaran agama Islam. Bagi mereka, masyarakat Islam harus mengikuti ajaran Islam dengan ketat dan mengharuskan umat Islam memiliki sainsnya sendiri.

(2) Kelompok intelektual Islam yang mengadopsi habis-habisan sains modern dan mengkampanyekan pandang dunia yang bersifat empiris. Menurut mereka, menguasai sains modern merupakan satu-satunya solusi untuk melepaskan dunia Islam dari stagnasi. Mereka memandang sains modern sebagai satu-satunya sumber pencerahan yang sejati.

(3) Sejumlah ilmuan Muslim yang mengakui peran sentral sains modern terhadap kemajuan Barat dan menganjurkan asimilasi sains modern, meskipun tetap menaruh perhatian terhadap masalah-masalah keagamaan. Kelompok ini terdiri dari mayoritas intelektual Muslim yang dapat dibagi lagi sebagaimana berikut:

• Sejumlah pemikir Muslim, seperti Seyyed Jamal al-Din dan Rasyid Rida, berusaha memberi justifikasi terhadap sains modern berdasarkan landasan keagamaan. Mereka memandang sains modern sebagai kelanjutan dari sains yang dihasilkan peradaban Islam masa lalu. Oleh karenanya, mereka menganjurkan umat Islam mempelajari sains modern agar dapat menjaga independensi mereka dan melindungi dari kritisisme kaum orientalis dan sejumlah intelektual Muslim [yang sekuler]. Baca entri selengkapnya »





Sinergi Iman, Ilmu dan Amal: Potret Kehidupan Syahid Muthahhari

14 07 2008

Al-Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhari, lahir pada tanggal 2Februari 1920/1338 Hijriyah Qamariyah di Fariman, dekat Mashad, pusat belajar dan ziarah kaum Muslim Syiah yang besar di Iran Timur. Ayahnya, Muhammad Husein Muthahhari, adalah ulama cukup terkemuka.

Pada usia 12 tahun, Muthahhari mulai belajar agama secara formal di mashad, yang kemudian menumbuhkan kecintaannya kepada filsafat, teologi dan tasawuf (irfan). Mirza Mahdi Syahidi Razavi adalah seorang guru filsafat yang mendapat curahan perhatian Muthahhari. Setahun setelah wafat gurunya pada tahun 1936, Muthahhari pindah ke Qum. Di sana, ia belajar dari Ayatullah Sayyid Muhammad Damad, Sayyid Muhammad Riza Gulpaygani, Haji Sayyid Sadr Al-Din Shadr dan Ayatullah Burujerdi. Perhatian besar dan hubungan dekat mencirikan hubungan Muthahhari dengan guru utamanya qum, Imam Ruhullah Khomenei. Baca entri selengkapnya »