Prof. Dr. Jaih Mubarok: “PAHLAWAN ADALAH YANG MELAHIRKAN AL-KHAIRAT, YANG MEMPERJUANGKAN KEBAIKAN UNIVERSAL”

22 04 2008

ISTILAH pahlawan tak hanya melekat pada mereka yang memperjuangkan kemerdekaan tanah air atau negara. Maknanya pun sudah kian meluas. Ada pahlawan tanpa tanda jasa—biasanya dilekatkan pada mereka yang kurang mendapatkan penghargaan atau penghormatan dari pemerintah; pahlawan devisa—dilekatkan pada mereka yang bisa mendatangkan dana tertentu; pahlawan pembangunan—dilekatkan pada mantan presiden Republik Indonesia (RI) Soeharto yang dianggap berhasil membangun Indonesia; dan pahlawan-pahlawan dalam bidang lainnya.

Lalu, apakah makna sebenarnya dari istilah pahlawan itu? Apa kriterianya? Dan siapa yang layak disebut pahlawan?

Untuk menjawab dan menggali semua persoalan tersebut, Ahmad Sahidin dari Majalah Swadaya mewawancarai Prof.Dr.Jaih Mubarok, beberapa waktu lalu. Berikut ini petikannya:

Ustadz, apa makna pahlawan?

Pahlawan itu diorientasikan pada orang yang berjasa luar biasa. Tentu saja ada istilah komunitas. Jadi kalau umat Islam itu kan tidak dibatasi sekat-sekat nasional. Tapi sementara ini pahlawan dibatasi oleh sekat-sekat. Jadi ketika bicara pahlawan bisa jadi bermakna ganda. Kalau pahlawan itu biasanya muncul disebabkan oleh perang. Jadi pahlawan muncul karena perang.

Nah, pahlawan yang karena perang ini bagai pisau punya dua mata sisi. Sisi kiri dan sisi kanan. Jadi bagi kelompok yang dibela dia akan disebut sebagai pahlawan, tapi bagi di luar kelompoknya bisa disebut sebagai pecundang. Jadi bisa jadi nama pahlwan nasional itu bagi kita, tapi bagi Belanda, kan bukan. Itu resiko istilah pahlawan yang disekat oleh nasionalisme. Tapi kalau dasarnya bukan perang atau bila dilihat dari arti dasar dalam Islam yaitu jihad, yang artinya kesungguhan untuk menjadikan masyarakat lebih baik. Baca entri selengkapnya »